Solo memang begitu! Kota cantik ini menawarkan jutaan pesona yang tak lekang oleh waktu. Mulai dari batiknya, kulinernya hingga beragam festival budaya yang masih lestari hingga kini. Salah satu acara ikonik kota cantik ini adalah Grebeg Sudiro. Grebeg Sudiro merupakan perayaan Imlek masyarakat Tionghoa yang berbalut dengan nuansa Jawa. Hal ini bahkan sudah terlihat dari namanya, Grebeg Sudiro.
Grebeg merupakan istilah yang diambil dari bahasa Jawa untuk menyambut hari-hari khusus, seperti kelahiran Nabi Muhammad SAW, Syawal hingga Idul Adha dan Suro atau tahun baru Jawa. Acara Grebeg Sudiro merupakan salah satu cara nyata yang menunjukkan nilai harmonisasi antara dua etnis yang berbeda, yaitu etnis Tionghoa dan Jawa. Seperti yang telah banyak diketahui, di berbagai kota di Indonesia, kedua etnis ini kini telah mampu hidup berdampingan, begitu pula dengan area di sekitar kota Solo. Dalam acara menyambut tahun baru warga Tionghoa ini, keduanya saling bantu-membantu menyiapkan acara yang akan diselenggarakan di Pasar Gede, Solo pada tanggal 15 hingga 18 Februari 2015 nanti.
Seperti acara grebeg lainnya, acara Grebeg Sudiro pun tak lepas dari gunungan. Bagi masyarakat Jawa, bentuk gunung memiliki arti filosofi tersendiri, yang memperlihatkan rasa syukur pada Sang Pencipta. Gunungan dalam acara ini disusun dari ribuan kue keranjang, salah satu kulier khas Imlek yang legit itu. Gunungan ini akan diarak di sekitar kawasan Sudiroprajan, yang akan diikuti dengan pawai dan kesenian Tinghoa dan Jawa. Kawasan Sudiroprajan sendiri merupakan kelurahan yang terletak di kecamatan Jabres, kota Solo. Di sini terdapat warga Tionghoa yang menetap dan hidup berdampingan dengan masyarakat Jawa. Hal ini sudah berlangsung selama puluhan tahun. Nah, seiring dengan berjalannya waktu munculah perkawinan antara dua etnis ini hingga terciptalah perayaan Grebeg Sudiro.
Puncak acara Grebeg Sudiro hampir sama dengan puncak acara grebeg yang lain yaitu perebutan hasil bumi dan makanan yang menyusun gunungan. Tradisi berebut gunungan sendiri didasari oleh sebuah falsafah Jawa yang berbunyi “ora babah ora mamah” yang berarti jika tidak berusaha maka tidak makan. Akhir dari acara unik ini ditandai dengan nyalanya lampion berbentuk teko yang digantung di atas gerbang Pasar Gede. Menariknya lagi, dalam acara apik ini akan dimeriahkan oleh beragam pertunjukan yang akan digelar di sepanjang Jalan Sudiroprajan. Kesenian barongsai salah satunya. Menarik bukan travel lovers? Sampai jumpa di Solo ya!
Kunjungi juga: Festival Jenang Solo 2015, Pasar Imlek Semawis 2015, Dugderan
Hotel murah di China Town, Semarang: New Metro Hotel, Hotel Surya, Amaris Pemuda Semarang
Peta lokasi Pasar Gede: view map larger
Informasi yang tertera dalam artikel di atas sesuai dengan kondisi pada 02 Februari 2015.
Komitmen kami untuk memberikan informasi, tips, dan panduan wisata untuk Anda sekalian, Namun demikian pemeliharaan website ini tidaklah murah, maka apabila Anda memesan hotel silahkan klik link hotel yang ada di halaman ini untuk membantu kami terus dapat memberikan informasi serta panduan wisata yang lebih menarik lagi. Dan juga sarankan kami di twitter dan facebook.
Harga yang tertera dalam artikel ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
Mau Liburan Murah? Pastikan Hubungi Kami!
Tour Murah Panduan Wisata. Telp: +62.85.101.171.131. Pin BB: 5BF4C2B4