Rabu, 23 Oktober 2013 adalah hari bersejarah bagi Yogyakarta. Sebab hari ini Sri Sultan Hamengku Buwono X menikahkan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Hayu, putri keempatnya. Dhaup Ageng (Pernikahan Agung) tersebut menjadi yang terakhir, karena adik GKR Hayu yang bernama GKR Bendara telah menikah lebih dulu pada 2011 silam. Tak ayal, banyak yang tidak ingin melewatkan hajatan besar yang entah kapan lagi akan dihelat lagi ini.
GKR Hayu yang lahir dengan nama Gusti Raden Ajeng Nurabra Juwita disunting Angger Pribadi Wibowo yang kemudian diberi gelar Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Notonegoro. Kedua orang yang pernah mengenyam pendidikan di SMA 3 Yogyakarta tersebut pada hari ini duduk dalam satu kereta kuda menuju pelaminan.
Iring – iringan kereta pengantin tersebut dikawal para bregodo atau prajurit kraton dari Keben (Kraton sebelah barat) untuk melakukan kirab sampai ke Kepatihan (Kantor Gubernur DIY). Rute yang dilalui yakni pelataran Keben, melewati Masjid Gedhe, Museum Sonobudoyo, Gedung KONI, Nol Kilometer (Kantor Pos Besar), lurus ke arah Jalan Malioboro menuju Kepatihan.
Dalam rombongan pertama ini, para masyarakat yang terlihat sangat antusias dapat menyaksikan kereta Kanjeng Natapura di barisan terdepan. Di atas kereta kencana ini terlihat beberapa keluarga Kraton Yogyakarta, diantaranya GBPH Yudhaningrat, GBPH Cakraningrat SE dan GBPH Condrodiningrat.
Yang ditunggu – tunggu akhirnya tiba, berada di kereta kedua, terlihat GKR Hayu dan KPH Notonegoro yang murah senyum dengan sesekali melambaikan tangan ke arah warga. Keduanya terlihat serasi mengenakan pakaian Jangan Menir berwaran hijau tosca. Kereta kencana yang mereka naiki memiliki nama Kanjeng Kyai (KK) Jongwiyat berwarna krem dan ditarik oleh empat kuda putih.
Di belakangnya, ada iring – iringan kereta Kanjeng Kyai Rotobiru, Kanjeng Kyai Rotongabeyan dan Kanjeng Kyai Premili.
Di dalam kereta KK Rotobiru terdapat GBPH Suryadiningrat sarimbit dan Dr GBPH Suryametaram sarimbit. Lalu di kereta KK Rotongabeyan para warga masyarakat dapat melihat besan dari Sri Sultan Hamengku Buwono X, yakni orang tua KPH Notonegoro. Sementara kereta ketiga menjadi alat transportasi para penari Bedhaya Manten.
Rombongan kirab dibagi menjadi dua kloter. Setelah iring – iringan kereta pengantin tiba di Kepatihan, selang beberapa menit, rombongan kedua mulai terlihat.
Iring – iringan kedua ini membawa rombongan kereta Sultan. Didahului dengan Bregodo Wirabraja yang menggunakan pakaian merah, lalu diikuti Bregodo Daeng, Bregodo Ketanggang, kemudian Mantri Jeron.
Kemudian para penonton kirab yang hampir memenuhi ruas jalan semakin riuh saat kereta Kanjeng Kyai Wimono Putro yang membawa Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hemas dan GBPH H Prabukusumo Spsi melintas.
Di belakangnya ada enam kereta kencana lainnya yang dinaiki GKR Candra Kirana dan kerabat, GKR Maduretno dan KPH Purbodiningrat, GKR Bendara dan KPH Yudanegoro, KGPA Paku Alam IX dan dua kereta terakhir membawa serta kerabat kraton. Sebelum kereta yang membawa KGPA Paku Alam IX melintas para warga dan jurnalis dapat mengabadikan arak – arakan Bregodo Lombok Abang Pakualam dan diurutan terakhir ada Bregodo Plangkir yang menggunakan pakaian serba hitam diiringi irama genderang serta seruling.
Selepas mengikuti Kirab Dhaup Ageng, Anda juga bisa menginap di hotel – hotel terdekat, seperti :
Objek Wisata Terdekat :
Lokasi Kraton Yogyakarta
Lihat Peta Lebih Besar
Rute Kirab
Lihat Peta Lebih Besar
Komitmen kami untuk memberikan informasi, tips, dan panduan wisata untuk Anda sekalian, Namun demikian pemeliharaan website ini tidaklah murah, maka apabila Anda memesan hotel silahkan klik link hotel yang ada di halaman ini untuk membantu kami terus dapat memberikan informasi serta panduan wisata yang lebih menarik lagi. Dan juga sarankan kami di twitter dan facebook.
Mau Liburan Murah? Pastikan Hubungi Kami!
Tour Murah Panduan Wisata. Telp: +62.85.101.171.131. Pin BB: 5BF4C2B4